Kamis, 27 September 2012

Museum Arkeologi , Gianyar


Ini mengenai hasil tugas dari observasi yang saya lakuin waktu kelas x , heheeee .......
pertama kalinya belajar sambil jalan-jalan bareng temen -temen :D :D
and pertamakalinya ke Museum :D wkkwkkkk  ......

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau Bali yang terkenal dengan seribu puranya merupakan sumber devisa Negara dalam bidang pariwisata, karena di Bali terdapat objek wisata yang sudah mendunia seperti GWK, Pantai Kuta, Pantai Sanur, Sangeh, dan masih banyak lagi yang lainnya. Oleh karena itu, memahami nilai-nilai pendidikan secara utuh tidaklah dapat diperoleh dari pelajaran di sekolah saja. Aktivitas yang ada di sekitar kita pun merupakan salah satu objek belajar yang memiliki nilai edukasi tinggi. Banyak orang yang sukses menjalani kehidupannya hanya ditempa oleh masalah-masalah yang dihadapi dalam kesehariannya. Kualitas (mutu) individu ternyata tidak hanya dilakukan dengan belajar di dalam kelas saja, namun harus pula dilengkapi dan dikaitkan dengan kejadian nyata dengan mengamati dan mengalami kehidupan keseharian di lapangan.
Mengenal lebih jauh tentang lembaga-lembaga yang ada di masyarakat, baik itu lembaga kebudayaan, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga pendidikan, lembaga sosial, serta kelembagaan lainnya yang ada di masyarakat merupakan beberapa sarana pendidikan yang sesuai dengan ilmu pengetahuan dan selalu dapat dikembangkan serta diperbandingkan dengan teori keilmuan yang telah diperoleh di dalam kelas.
Sekarang ini jarang sekali orang-orang yang mengetahui dan mengenal tempat-tempat yang mempunyai nilai-nilai budaya yang tinggi. Oleh karena itu, baik sekali jika sekolah mengadakan kegiatan study tour atau berkunjung ke tempat-tempat yang mempunyai nilai-nilai sejarah, seni, dan budaya.
Dengan mengikuti kegiatan study tour ini, pelajaran yang didapat dalam kelas akan dilengkapi dengan pengetahuan praktis yang dialami langsung oleh masyarakat yang menekuni bidang itu dalam menjalankan aktivitas keseharian kita. Selain itu, kegiatan tersebut sangat berguna karena selain kita dapat mengenal tempat-tempat wisata yang ada, kita juga dapat mengenal lebih jauh, dan dapat menambah wawasan terhadap tempat tersebut, baik dari segi sejarah, maupun dari segi  alam. Study tour tidak berarti hanya belajar dan mencatat hal-hal yang penting saja tetapi study tour dilaksanakan agar siswa dan siswi dapat beradaptasi dengan lingkungan, tidak malu bertanya tentang suatu hal yang mereka tidak ketahui, mengembangkan satu soal menjadi banyak soal, serta dapat bekerja sama dan saling berinteraksi satu sama lain. Hal tersebut yang menjadi latar belakang dilaksanakannya kegiatan study tour ini untuk siswa siswi kelas X di SMAN 1 KUTA UTARA. Dengan mengunjungi situs-situs yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu “Candi Gunung Kawi, Pura Penataran Sasih, Museum Arkeologi Pejeng, dan Goa Gajah”.
Salah satu yang menjadi objek study tour ini adalah Museum Arkeologi. Museum ini adalah site museum yang berperan untuk menyimpan benda-benda purbakala. Selain itu museum ini adalah milik negara yang menjadi salah satu sumber devisa bagi negara. Museum ini mampu memberikan arti penting peninggalan-peninggalan purbakala bagi setiap pengunjung yang mengunjungi Museum Arkeologi maupun bagi masyarakat setempat. Bagi kami para siswa, mengetahui peninggalan-peninggalan purbakala adalah suatu hal yang menarik. Oleh karena itu kami mengangkat makalah ini dengan judul “Museum Arkeologi Sebagai Lembaga Peninggalan Purbakala”. Selain dapat menambah wawasan, ilmu pengetahuan tentang berbagai macam peningalan purbakala, kami juga dapat mengetahui fungsi daripada benda-benda yang terpajang di museum.
Museum ini memajang benda-benda antik dari zaman prasejarah hingga zaman sejarah. Di Museum ini juga banyak terdapat sarkofagus dari berbagai wilayah. Sarkofagus adalah salah satu wadah untuk menyimpan mayat dan banyak mengandung berbagai macam keunikan tersendiri. Berkenaan dengan hal tersebutlah yang melatarbelakangi kami memilih situs Museum Arkeologi sebagai objek dari makalah kami .
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang hendak dibahas dalam kegiatan study tour ini adalah sebagai berikut :
1.2.1. Dimana Lokasi tepatnya Museum Arkeologi ?
1.2.2. Bagaimana riwayat berdirinya Museum Arkeologi?
1.2.3. Siapa yang memiliki Museum Arkeologi ?
1.2.4. Apa tujuan dibentuknya Museum Arkeologi?
1.2.5. Apakah peranan dibentuknya Museum Arkeologi bagi pihak lain, khususnya masyarakat ?
1.2.6. Apa perbedaan Museum Arkeologi dengan Museum-Museum lain yang ada di Badung khususnya Museum Bali ?
1.2.7. Koleksi apa saja yang terdapat di Museum Arkeologi ?
1.2.8. Apa yang dimaksud dengan sarkofagus ?
1.2.9. Bagaimana sejarah dari sarkofagus dan apa saja jenis-jenis sarkofagus yang ada di Museum Arkeologi ?
1.2.10. Kebanyakan sarkofagus-sarkofagus ini didapat dari penggalian sendiri atau masyarakat yang menemukan ?
1.2.11. Bagaimana cara melestarikan sarkofagus ?
1.2.12. Bagaimana pemeliharaan benda-benda yang ada di Museum ?
1.2.13. Apakah koleksi yang ada di Museum di ekspor ke luar negeri atau dijadikan aset oleh Negara ?
1.2.14. Apa saja fasilitas yang ada di Museum Arkeologi ?
1.2.15. Bagaimana keamanan di Museum Arkeologi ?
1.2.16. Bagaimana dampak pariwisata di Museum Arkeologi terhadap masyarakat Bali khususnya pada masyarakat Desa Bedulu ?
1.2.17. Apakah ada pembiayaan tertentu dari pengadaan Museum Arkeologi ini dan budidaya terhadap benda-benda tersebut ?
1.2.18. Adakah peraturan-peraturan tertentu yang harus ditaati oleh para pengunjung?
1.2.19. Apakah ada Undang-undang yang melindungi Museum Arkeologi  beserta benda-benda yang ada di dalamnya?
1.2.20. Apakah ada keuntungan atau kerugian dari pembangunan museum     Arkeologi?
1.2.21. Apakah pengembangan ke depannya yang ingin dicapai Museum Arkeologi ?
1.2.22. Benda apa saja yang paling mendapat perhatian dari para pengunjung ?
1.2.23. Apakah pengunjung hanya berasal dari lokal saja atau ada dari mancanegara ?
1.2.24. Apakah museum ini selalu ramai dengan pengunjung ?
1.2.25. Apakah ada faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi pembuatan museum ?

1.3 Tujuan Pembuatan Laporan
1.3.1. Tujuan Umum
` Tujuan umum yang hendak dicapai melalui kegiatan study tour ini adalah :
1.3.1.1. Siswa akan mengalami apa yang dipelajarinya, bukan sekedar mengetahui.
1.3.1.2. Siswa menyadari sifat memiliki, sifat menghargai lingkungan, nilai-nilai budaya bangsa dalam rangka meningkatkan kualitas diri dan manusia Indonesia umumnya.
1.3.1.3. Siswa dapat mengaitkan Ilmu Pengetahuan yang diperoleh di bangku sekolah dan aktivitas nyata yang ada di masyarakat.
1.3.1.4. Siswa dapat membuat laporan karya tulis secara sistematis.
1.3.1.5. Siswa memiliki kemampuan melakukan kegiatan wisata secara efektif, efisien, terkoordinasi, terarah, dan bertanggung jawab.
1.3.1.6. Siswa dapat mengetahui beberapa objek wisata yang memiliki nilai edukasi tinggi dan dapat dipelajari secara mendalam.

1.3.2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus yang hendak dicapai untuk tempat tujuan study tour adalah sebagai berikut :
1.3.2.1. Siswa dapat mengetahui lokasi tepatnya Museum Arkeologi.
1.3.2.2. Siswa dapat mengetahui bagaimana riwayat berdirinya Museum Arkeologi.
1.3.2.3. Siswa dapat mengetahui pemilik Museum Arkologi  .
1.3.2.4. Siswa dapat mengetahui tujuan dibentuknya Museum Arkeologi.
1.3.2.5. Siswa dapat mengetahui peranan dibentuknya Museum Arkeologi .
1.3.2.6. Siswa dapat mengetahui letak perbedaan Museum Arkeologi dengan museum-museum lain yang ada di Kabupaten Badung khususnya Museum Bali.
1.3.2.7. Siswa dapat mengetahui koleksi yang terdapat di Museum Arkeologi.
1.3.2.8. Siswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan sarkofagus.
1.3.2.9. Siswa dapat mengetahui sejarah dari sarkofagus dan jenis-jenis sarkofagus yang ada di Museum .
1.3.2.10. Siswa dapat mengetahui penemuan sarkofagus berasal dari penggalian sendiri atau masyarakat sekitar yang menemukan.
1.3.2.11. Siswa dapat mengetahui cara melestarikan sarkofagus.
1.3.2.12. Siswa dapat mengetahui bagaimana pemeliharaan benda-benda yang ada di Museum.
1.3.2.13. Siswa dapat mengetahui apakah koleksi yang ada di Museum di ekspor ke luar negeri atau dijadikan aset oleh Negara.
1.3.2.14. Siswa dapat mengetahui fasilitas apa saja yang ada di Museum Arkeologi.
1.3.2.15. Siswa dapat mengetahui bagaimana keamanan di Museum Arkeologi.
1.3.2.16. Siswa dapat mengetahui dampak pariwisata di Museum Arkeologi terhadap masyarakat di Bali khususnya bagi masyarakat di Desa Bedulu.
1.3.2.17. Siswa dapat mengetahui pembiayaan tertentu dari pengadaan Museum Arkeologi tersebut.
1.3.2.18. Siswa dapat mengetahui peraturan-peraturan tertentu yang harus ditaati oleh para pengunjung.
1.3.2.19. Siswa dapat mengetahui undang-undang yang melindungi Museum Arkeologi beserta benda-benda yang ada di dalamnya.
1.3.2.20. Siswa dapat mengetahui keuntungan atau kerugian atas pembangunan Museum Arkeologi .
1.3.2.21. Siswa dapat mengetahui pengembangan kedepannya yang ingin dicapai Museum Arkeologi .
1.3.2.22. Siswa dapat mengetahui Benda apa saja yang paling mendapat perhatian dari para pengunjung.
1.3.2.23. Siswa dapat mengetahui apakah pengunjung hanya berasal dari lokal saja atau ada dari mancanegara.
1.3.2.24. Siswa dapat mengetahui apakah Museum tersebut selalu ramai dengan pengunjung.
1.3.2.25. Siswa dapat mengetahui faktor-faktor penghambat yang mempengaruhi pembuatan museum.

Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas, telah ditentukan 4 situs untuk dikunjungi pada hari Sabtu, 13 November 2010, yaitu ;
Candi Tebing Gunung Kawi
Pura Penataran Sasih
Museum Arkeologi Pejeng
Gua Gajah
Untuk efektif dan efisiennya proses pembelajaran melalui study tour ini, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang tiap kelompoknya terdiri atas 10 orang.
Pengumpulan data dilakukan melalui perekaman wawancara terstruktur yang sistematika dan acuannya telah disiapkan oleh sekolah.
Untuk kelengkapan data telah dicoba mengumpulkan data yang berkenaan dengan tempat study tour melalui artikel dan publikasi tempat-tempat tersebut di internet. Serta landasan teori yang bersumber dari buku-buku ilmu pengetahuan. Dengan upaya ini diharapkan bahwa informasi-informasi tentang sasaran study tour dapat dikumpulkan secara maksimal sehingga hasil pembelajaran ini akan lebih berdaya guna.
1.4 Manfaat Pembuatan Laporan
1.4.1. Manfaat Bagi Penulis

1.4.1.1. Dapat mengenal lebih dekat lagi tentang Museum Arkeologi yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi.
1.4.1.2. Meningkatkan kepekaan dan kemampuan pengumpulan informasi serta merumuskannya dalam bentuk karya tulis.
1.4.1.3. Dapat menambah wawasan siswa terhadap objek-objek yang ada di Bali .
1.4.1.4. Dapat memiliki sifat menghargai nilai-nilai budaya bangsa.
1.4.1.5. Siswa dapat memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan rasa cinta kepada tanah air.
1.4.1.6. Melatih para siswa secara intelektual dan menerapkan langkah-langkah penelitian dalam bidang studi sejarah.

1.4.2. Manfaat Bagi Sekolah

1.4.2.1. Sekolah dapat meningkatkan pengalamannya dalam hal proses pembelajaran di luar sekolah, untuk pengembangan program sejenis pada masa yang akan datang.
1.4.2.2. Sekolah dapat dikenal khususnya oleh lembaga-lembaga yang dikunjungi.
1.4.2.3. Sekolah dapat lebih dikenal oleh masyarakat umum.
1.4.2.4. Dapat meningkatkan prestasi sekolah baik di bidang akademik maupun non-akademik.
1.4.2.5. Dapat meningkatkan mutu sekolah menjadi lebih baik di mata masyarakat.
1.4.3. Manfaat Bagi Tempat yang dikunjungi

1.4.3.1. Lembaga dan aktivitasnya dapat dikenal masyarakat luas.
1.4.3.2. Lembaga dapat lebih termotivasi untuk mengembangkan kinerja dan mutu pelayanan mereka.
1.4.3.3. Merupakan sarana promosi yang mudah bagi lembaga yang dikunjungi, untuk menarik lebih banyak lagi pengunjung.



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Prasejarah
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.
Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5 dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.
Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.



Periodisasi :
1. Geologi
Berdasarkan geologi, terjadinya bumi sampai sekarang dibagi ke dalam empat zaman. Zaman-zaman tersebut merupakan periodisasi atau pembabakan prasejarah yang terdiri dari:
a. Arkaezoikum
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dapat diartikan sebagai masa tanpa kehidupan. Bumi masih dalam keadaan membara dan jarak bumi dan bulan masih sangat dekat, berbagai benda ruang angkasa seperti meteor atau meteorit ( berukuran kecil) dengan mudah jatuh ke bumi yang belum terlindung udara. Meskipun demikian semua benda tersebut diatas langsung terbakar, pada saat bumi yang masih dalam keadaan membara dengan suhu yang amat tinggi. Kejadian bumi dan pembentukan yang terjadi sekitar satu milyar tahun yang lalu dan beberapa ratus juta tahun kemudian bumi kerak bumi suhu semakin menyusut bagian bumi dalam keadaan cair diangkasa bumi badai magnetik menyelimuti bumi petir dan Guntur meteor dan meteorit membentur bumi suhu bumi makin menyusut bumi membeku penyusutan suhu gas mengembun uap air hujan lebat yang abadi membentuk lautan pembentukan air, udara makin sempurna terlindung dari benturan berbagai benda luar angkasa (meteorit). Ada dua macam meteorit, yaitu meteorit logam (mengandung besi nikel dan meteorit baju), beberapa contoh batuan kerak bumi dapat disaksikan di museum geologi.
b. Paleozoikum
Paleozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman primer atau zaman hidup tua berlangsung selama 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung.
c. Mesozoikum
Mesozoikum atau sering pula disebut sebagai zaman sekunder atau zaman hidup pertengahan berlangsung selama kira-kira 140 juta tahun, antara 251 hingga 65 juta tahun yang lalu. Pada zaman pertengahan ini, reptil besar berkembang dan menyebar ke seluruh dunia sehingga pada zaman ini sering pula disebut sebagai zaman reptil.
d. Neozoikum
Neozoikum atau zaman kehidupan baru dibagi menjadi menjadi dua zaman, yaitu zaman Tersier dan zaman Kuartier. Zaman Tersier berlangsung sekitar 60 juta tahun. Zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui.
Sementara itu, Zaman Kuartier ditandai dengan munculnya manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Zaman ini kemudian dibagi lagi menjadi dua zaman, yaitu zaman Pleistosen dan Holosin. Zaman Pleistosen (Dilluvium) berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba.
Zaman pleistosen ditandai dengan meluasnya lapisan es di kedua kutub Bumi (zaman glacial) dan diseling dengan zaman ketika es kembali mencair (zaman interglacial). Keadaan ini silih berganti selama zaman pleistosen sampai empat kali. Di daerah tropika zaman glacial ini berupa zaman hujan (zaman pluvial) yang diseling dengan zaman kering (interpluvial).
Pada zaman glacial permukaan air laut telah menurun dengan drastis sehingga banyak dasar laut yang kering menjadi daratan. Di Indonesia bagian barat dasar laut yang mengering itu disebut Dataran Sunda, sedangkan di Indonesia bagian timur disebut Dataran Sahul. Dataran Sunda telah menyebabkan kepulauan Indonesia bagian barat menjadi satu dengan Benua Asia, sedangkan Dataran Sahul telah pula menghubungkan kepulauan Indonesia bagian timur dengan Benua Australia. Itulah sebabnya fauna dan flora Indonesia barat mirip dengan fauna dan flora Asia dan sebaliknya fauna dan flora Indonesia timur mirip dengan Australia. Manusia yang hidup zaman pleistosin adalah spesies homo erectus, yang menjadi pendukung kebudayaan batu tua (Palaeolithicum).
Zaman pleistosin berakhir 10.000 tahun Sebelum Masehi kemudian diikuti oleh datangnya zaman Alluvium atau zaman Holosin yang masih berlangsung sampai sekarang. Dari zaman ini muncullah nenek moyang manusia sekarang, yaitu spesies homo sapiens atau makhluk cerdas.
2. Arkeologi
a. Zaman Batu
Zaman Batu terjadi sebelum logam dikenal dan alat-alat kebudayaan terutama dibuat dari batu di samping kayu dan tulang. Zaman batu ini dapat dibagi lagi atas:
Zaman batu tua (Paleolitikum)
Zaman batu tua (palaeolitikum), Disebut demikian sebab alat-alat batu buatan manusia masih dikerjakan secara kasar, tidak diasah atau dipolis. Apabila dilihat dari sudut mata pencariannya periode ini disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo Erectus. Hasil-hasil kebudayaan zaman paleolitikum antara lain :

  Kebudayaan Pacitan

Alat – alat kebudayaan Pacitan ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1935. Di daerah Pacitan banyak ditemukan alat – alat dari batu yang masih sangat kasar. Alat – alat tersebut berbentuk kapak, yakni kapak perimbas (chooper), karena tidak memakai tangkai maka disebut Kapak Genggam.  Alat budaya Pacitan diperkirakan dari lapisan plestosen tengah (lapisan trinil); sedangkan pendukung kebudayaan tersebut adalah pithecanthropus Erectus.

  Kebudayaan Ngandong
Disekitar daerah Ngandong dan Sidoarjo (dekat Ngawi, Madiun, Jawa Timur) didapatkan banyak alat-alat dari tulang disamping kapak-kapak genggam dari batu. Alat-alat Kebudayaan Ngandong  ditemukan oleh Von Koenigswald pada tahun 1941 dan yang banyak ditemukan alat-alat dari tulang (semacam alat penusuk = belati), dan tanduk rusa terutama di gua Sampung

Zaman batu tengah (mesolitikum)
Pada Zaman batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu zaman ini sebagian sudah dihaluskan terutama bagian yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal. Periode ini juga disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras Austromelanosoide (mayoritas) dan Mongoloide (minoritas).
Kebudayaan yang terdapat pada zaman ini antara lain :
Kjokkenmoddinger merupakan corak istimewa dari zaman Mesolithikum. Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur yang di temukandi sepanjang pantai timurPulau Sumatera. Kehidupan masyarakatnya terutama dari hasil menangkap siput dan kerang.
Abris Sous Roche,  adalah goa yang dipakai sebagai tempat tinggal. Goa ini menyerupai ceruk batu karang yang dipergunakan sebagai perlindungan terhadap hujan dan panas. Pada goa ini juga ditemukan peninggalan – peninggalan kebudayaan dari jenis – jenis kebudayaan paleolitikum sampai neolitikum. Namun, benda – benda yang ditemukan itu sebagian besar dari zaman mesolitikum.
Kebudayaan Bacson-Hoabinh, Penyebaran kapak genggam Sumatera dan kapak pendek itu mendorong para ahli untuk melakukan berbagai bentuk penelitian sampai ke daerah Teluk Tonkin, daerah Yunan Selatan. Pada daerah Bacson Hoabinh ini banyak ditemukan alat-alat kebudayaan yang  memiliki persamaan dengan alat-alat kebudayaan yang ditemukan di wilayah Indonesia, sehingga banyak para ahli menafsirkan bahwa daerah Bacson Hoabinh itu merupakan pusat kebudayaan prasejarah yang ditemukan di Indonesia.
Kebudayaan Bandung, Penelitian terhadap Kebudayaan Bandung dilakukan oleh Von Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, Banjaran, Soreang, dan sebalah barat Cililin. Pada daerah ini ditemukan kebudayaan berupa Flakes. Flakes yang ditemukan di tepi Danau Bandung dinamakan Microlith (batu-batu kecil). Juga ditemukan pecahan tembikar dan benda-banda perunggu.
Kebudayaan Toala, Toala adalah nama salah satu daerah di Sulawesi Selatan. Hasil kebudayaan yang banyak ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang PattaE. Inti kebudayaan ini adalah kebudayaan Flakes dan Pebble.

( Listiyani, Dwi Ari.2009.Sejarah untuk SMA/MA Kelas X.Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendididkan Nasional Tahun 2009 )
Zaman batu muda (Neolitikum)

Alat-alat batu buatan manusia Zaman batu muda (Neolithicum) sudah diasah atau dipolis sehingga halus dan indah. Di samping tembikar tenun dan batik juga sudah dikenal. Periode ini disebut masa bercocok tanam. Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens dengan ras Mongoloide (mayoritas) dan ras Austromelanosoide (minoritas).
Kebudayaan-kebudayaan yang berasal dari zaman neolitikum berhasil ditemukan di Sumatera Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan di sepenjang Sungai Bengawan Solo. Kebudayaan Neolitikum merupakan revolusi dari kebudayaan food gathering menjadi food producing.
Pada zaman Neolitikum, manusia sudah hidup menetap dan telah memiliki tempat tinggal. Bahkan, mereka telah hidup dari hasil bercocok tanam. Alat-alat kebudayaan yang dimiliki sudah halus dan sempurna.
Peralatan zaman Neolitikum dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu :

Kapak Persegi
Nama ‘kapak persegi’ diberikan oleh van Heine Heldern. Pemberian nama kapak persegi ini berdasarkan penampang alang dari alat-alat yang berupa persegi panjang dan trapesium.Kapak persegi ini berasal dari Daratan Asia dan menyebar ke Indonesia melalui jalan Barat.

Kapak Lonjong
Penamaan kapak lonjong ini didasarkan pada penampang alangnya yang berbentuk lonjong atau bundar telur. Ujung yang lancip ditempatkan pada tangkai ujung lainnya diasah sampai tajam. Kapak lonjong juga biasa dipergunakan untuk upacara. Kapak untuk keperluan upacara biasanya dikerjakan lebih halus

.
Alat Serpih
Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-pecahan kecil yang berbentuk segitiga, trapezium , atau setengah bulat. Alat ini dikerjakan lebih lanjut dan digunakan untuk alat pemotong, gurdi atau penusuk. Alat serpih ada yang digunakan lagi menjadi mata panah dan ujung tombak.

Gerabah
Di zaman bercocok tanam, manusia sudah dapat membuat benda-benda dari tanah liat yang dibakar yang disebut tembikar atau gerabah . Hanya pembuatannya sangat sederhana. Gerabah hanya dibuat dengan tangan tanpa bantuan roda pemutar seperti sekarang. Jenis benda yang dibuat dari tanah liat antara lain kendi, mangkuk, periuk belanga, dan manik-manik.

Perhiasan
Perhiasan di zaman bercocok tanam umumnya terbuat dari batu, tembikar dan kulit kerang. Di Indonesia, perhiasan banyak ditemukan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jenis perhiasan itu antara lain gelang, kalung, manik-manik, dan anting- anting.
Zaman  Batu Besar ( Megalitikum )
Zaman megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar, karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan yang terbuat dari batu-batu besar. Kebudayaan ini berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman perunggu.
Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat. Manusia mulai percaya bahwa orang yang meniggal, rohnya akan pergi ke suatu tempat dan sewaktu-waktu roh itu dapat dipanggil untuk memberikan pertolongan.
Peninggalan-peninggalan zaman megalithikum banyak ditemukan di wilayah Indonesia, terutama pada daerah Jawa, Sumatera, dan Bali. Peninggalan kebudayaan pada zaman megalitikum di Sumatera terdapat di dataran tinggi Pasemah. Penyelidikan di Pasemah ini dilakukan oleh Dr.Van Der Hoop dan Van Heine Geldern.
Peninggalan zaman megalitikum di daerah Jawa terdapat di daerah Besuki. Peninggalan-peninggalan ini berupa kuburan yang oleh penduduk setempay disebut pandhusa (dolmen yang berisi kubur batu dibawahnya). Kebudayaan zaman megalitikum ditemukan di daerah Wonosari (Yogyakarta), Cupu, dan Cirebon. Pada daerah ini ditemukan kubur-kubur batu yang berisi kerangka manusia , alat-alat perunggu dan besi dan manic-manik. Di daerah bali juga ditemukan sarkofagus yang menyerupai peti-peti dari besuki daqan isinya adalah tulang belulang manusia, barang-barang perunggu, besi, dan manic-manik. Benda peninggalan zaman megalitikum hamper dapat ditemukan di seluruh wilayah Indonesia
Hasil hasil budaya Megalitikum :
a. Menhir, yaitu tugu dari batu tunggal. Fungsinya sebagai tanda peringatan suatu peristiwa atau seabagai tempat pemujaanroh nenek moyang.
b. Dolmen, yai meja batu, yang  berfungsi untuk meletakkan sajian untuk pemujaan roh nenekmoyang. Jadi, dianggap sebagai tempat pemujaan. Kecuali sebagai meja untuk meletakkan sesaji, ada juga dolmen yang dipergunakan sebagai peti mayat
c. Kubur batu, yaitu kuburan dalam tanah dimana sisi samping, alas dan tutupnya diberi semacam papan dari batu. Fungsinya untuk mengubur mayat. Hanya bentuknya yang berbeda dengan dolmen dan sarkofagus.
d. Punden Berundak, yaitu bangunan dari batu yang disusun bertingkat. Fungsinya sebagai pemujaan roh nenek moyang.
e. Arca, yaitu bangunan dari batu. Ada yang berbentuk manusia dan berbentuk binatang ( merupakan perwujudan dari roh nenek moyang).Arca dari megalitik bentuknya sanagt sederhana dan kasar.Arca yang berbentuk manusia umumnya digambarkan manusia secara utuh atau setengah badan.Sedangkan arca-arca yang berbentuk binatang yang di gambarkan seperti gajah,kerbau,harimau,monyet.
 Demikianlah berkaitan dengan latar belakang kepercayaan akan kehidupan di akhiran dan di alam pikiran yang mendasarkan pemujaan nenek moyang,terwujudlah berbagai macam bangunan yang kita sebut hasil-hasil kebudayaan Megalitikum.Berkaitan dengan perkembngan teknologi dalam kehidupan masyarakat juga telah mengenal teknik teknik pengolahan logam (perunggu dan besi).Tempat untuk mengolah logam di kenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakannya di kenal dengan sebutan undagi (tukang).Itulah sebabnya zaman perundagian biasa di sebut juga zaman kemahiran teknologi.
b. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkannya. Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut acire perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam ini dibagi atas:
Zaman tembaga
Orang menggunakan tembaga sebagai alat kebudayaan. Alat kebudayaan ini hanya dikenal di beberapa bagian dunia saja. Di Asia Tenggara (termasuk Indonesia) tidak dikenal istilah zaman tembaga.
Zaman perunggu
Pada zaman ini orang sudah dapat mencampur tembaga dengan timah dengan perbandingan 3 : 10 sehingga diperoleh logam yang lebih keras.
Zaman besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Zaman logam di Indonesia didominasi oleh alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam juga disebut zaman perunggu. Alat-alat besi yang ditemukan pada zaman logam jumlahnya sedikit dan bentuknya seperti alat-alat perunggu, sebab kebanyakan alat-alat besi, ditemukan pada zaman sejarah.
Antara zaman neolithikum dan zaman logam telah berkembang kebudayaan megalithikum, yaitu kebudayaan yang menggunakan media batu-batu besar sebagai alatnya, bahkan puncak kebudayaan megalithikum justru pada zaman logam.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Prasejarah )
2.2 Pengertian Situs
Situs adalah lokasi kejadian, struktur, objek, atau hal lain, baik aktual, virtual, lampau, atau direncanakan.
situs arkeologi
situs bangunan
situs web        
( http://id.wikipedia.org/wiki/Situs )
2.3 Pengertian Benda Cagar Budaya
Cagar budaya adalah kegiatan untuk menjaga atau melakukan konservasi terhadap benda-benda alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Di Indonesia, benda cagar budaya harus berumur sekurang-kurangnya 50 tahun .
 Benda cagar budaya adalah benda buatan manusia yang bergerak atau tidak bergerak berumur sekurang – kurangnya 50 tahun yang mempunyai nilai penting bagi pendidikan, kebudayaan, agama, sejarah, dll.Benda cagar budaya tidak hanya penting bagi disiplin ilmu arkeologi, tetapi terdapat berbagai disiplin yang dapat melakukan analisis terhadapnya. Antropologi misalnya dapat melihat kaitan antara benda cagar budaya dengan kebudayaan sekarang.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Benda_cagar_budaya)


2.4 Pengertian Museum
Museum, berdasarkan definisi yang diberikan International Council of Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu museum bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif di masa depan dan sejak tahun 1977 tiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai hari Hari Museum Internasional.
Sejarah Museum
Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian.
Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filosofi dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM.
Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.
Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka . Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Museum )



2.5 Pengertian Sarkofagus
Sarkofagus adalah suatu tempat untuk menyimpan jenazah. Sarkofagus umumnya dibuat dari batu. Kata "sarkofaus" berasal dari bahasa Yunani σάρξ (sarx, "daging") dan φαγεῖνειν (phagein,"memakan"), dengan demikian sarkofagus bermakna "memakan daging".
Sarkofagus sering disimpan di atas tanah oleh karena itu sarkofagus seringkali diukir, dihias dan dibuat dengan teliti. Beberapa dibuat untuk dapat berdiri sendiri, sebagai bagian dari sebuah makam atau beberapa makam sementara beberapa yang lain dimaksudkan untuk disimpan di ruang bawah tanah. Di Mesir kuno, sarkofagus merupakan lapisan perlindungan bagi mumi keluarga kerajaan dan kadang-kadang dipahat dengan alabaster .
Sarkofagus - kadang-kadang dari logam atau batu kapur – juga digunakan oleh orang Romawi kuno sampai datangnya agama Kristen yang mengharuskan mayat untuk dikubur di dalam tanah. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Sarkofagus )
2.6 Pengertian Arca

Arca adalah patung yang dibuat dengan tujuan utama sebagai media keagamaan dalam memuja Tuhan atau dewa-dewinya. Arca berbeda dengan patung pada umumnya, yang merupakan hasil seni yang dimaksudkan sebagai sebuah keindahan. Oleh karena itu, membuat sebuah arca tidaklah sesederhana membuat sebuah patung.
Dalam agama Hindu, arca adalah sama dengan Murti (Dewanagari), atau murthi, yang merujuk kepada citra yang menggambarkan Roh atau Jiwa Ketuhanan (murta). Berarti "penubuhan", murti adalah perwujudan aspek ketuhanan (dewa-dewi), biasanya terbuat dari batu, kayu, atau logam, yang berfungsi sebagai sarana dan sasaran konsentrasi kepada Tuhan dalam pemujaan. Menurut kepercayaan Hindu, murti pantas dipuja sebagai fokus pemujaan kepada Tuhan setelah roh suci dipanggil dan bersemayam didalamnya dengan tujuan memberikan persembahan atau sesaji.  Perwujudan dewa atau dewi, baik sikap tubuh, atribut, atau proporsinya harus mengacu kepada tradisi keagamaan yang bersangkutan.
Murti juga dimuliakan dalam agama Buddha terutama mazhab Mahayana saat beribadah sebagai sasaran pemujaan atau fokus meditasi. Pemujaan murti sangat dianjurkan dalam Hindu dan Buddha, khususnya pada masa Dwapara Yuga, seperti disebutkan dalam naskah Pañcaratra.
Arca tidak selalu ditemukan di dekat sebuah candi. Candi bisa jadi memiliki sebuah arca, namun sebuah arca belum tentu ada dalam sebuah candi. Ada 3 jenis arca berdasarkan kuantitas pemujanya, yakni:
Arca Istadewata, yaitu arca yang dimiliki oleh perseorangan, sehingga dapat dibawa kemana-mana.
Arca Kuladewata, yaitu arca yang dimiliki oleh sebuah keluarga, biasanya terdapat di rumah-rumah.
Arca Garbadewata, yaitu arca yang dipuja oleh banyak orang, dalam hal ini masyarakat.
Di Indonesia, dikenal 3 macam arca, yakni arca agama Hindu, arca agama Budha, dan arca agama Kristen. Agama Islam tidak mengenal arca, karena ajarannya melarang menyembah berhala atau segala figur perwujudan Tuhan.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Arca )
2.7. Pengertian Arkeologi
Arkeologi, berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang berarti "kuna" dan logos, "ilmu". Nama alternatif arkeologi adalah ilmu sejarah kebudayaan material. Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas data bendawi yang ditinggalkan. Kajian sistematis meliputi penemuan, dokumentasi, analisis, dan interpretasi data berupa artefak (budaya bendawi, seperti kapak batu dan bangunan candi) dan ekofak (benda lingkungan, seperti batuan, rupa muka bumi, dan fosil) maupun fitur (artefaktual yang tidak dapat dilepaskan dari tempatnya (situs arkeologi). Teknik penelitian yang khas adalah penggalian (ekskavasi) arkeologis, meskipun survei juga mendapatkan porsi yang cukup besar.
Tujuan arkeologi beragam dan menjadi perdebatan yang panjang. Di antaranya adalah yang disebut dengan paradigma arkeologi, yaitu menyusun sejarah kebudayaan, memahami perilaku manusia, serta mengerti proses perubahan budaya. Karena bertujuan untuk memahami budaya manusia, maka ilmu ini termasuk ke dalam kelompok ilmu humaniora. Meskipun demikian, terdapat berbagai ilmu bantu yang digunakan, antara lain sejarah, antropologi, geologi (dengan ilmu tentang lapisan pembentuk bumi yang menjadi acuan relatif umur suatu temuan arkeologis), geografi, arsitektur, paleoantropologi dan bioantropologi, fisika (antara lain dengan karbon c-14 untuk mendapatkan pertanggalan mutlak), ilmu metalurgi (untuk mendapatkan unsur-unsur suatu benda logam), serta filologi (mempelajari naskah lama).
Arkeologi pada masa sekarang merangkumi berbagai bidang yang berkait. Sebagai contoh, penemuan mayat yang dikubur akan menarik minat pakar dari berbagai bidang untuk mengkaji tentang pakaian dan jenis bahan digunakan, bentuk keramik dan cara penyebaran, kepercayaan melalui apa yang dikebumikan bersama mayat tersebut, pakar kimia yang mampu menentukan usia galian melalui cara seperti metoda pengukuran karbon 14. Sedangkan pakar genetik yang ingin mengetahui pergerakan perpindahan manusia purba, meneliti DNAnya.
Secara khusus, arkeologi mempelajari budaya masa silam, yang sudah berusia tua, baik pada masa prasejarah (sebelum dikenal tulisan), maupun pada masa sejarah (ketika terdapat bukti-bukti tertulis). Pada perkembangannya, arkeologi juga dapat mempelajari budaya masa kini, sebagaimana dipopulerkan dalam kajian budaya bendawi modern (modern material culture).
Karena bergantung pada benda-benda peninggalan masa lalu, maka arkeologi sangat membutuhkan kelestarian benda-benda tersebut sebagai sumber data. Oleh karena itu, kemudian dikembangkan disiplin lain, yaitu pengelolaan sumber daya arkeologi (Archaeological Resources Management), atau lebih luas lagi adalah pengelolaan sumberdaya budaya (CRM, Culture Resources Management.)


Perkembangan Arkeologi di Indonesia
Di Indonesia, perkembangan arkeologi dimulai dari lembaga-lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan, seperti Bataviaashe Genootshcap van Kunsten en Wettenschappen yang kemudian di Jakarta mendirikan museum tertua, sekarang menjadi Museum Nasional. Lembaga pemerintah pada masa kolonial yang bergerak di bidang arkeologi adalah Oudheidkundige Dienst yang banyak membuat survei dan pemugaran atas bangunan-bangunan purbakala terutama candi. Pada masa kemerdekaan, lembaga tersebut menjadi Dinas Purbakala hingga berkembang sekarang menjadi berbagai lembaga seperti Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala dan Balai Arkeologi yang tersebar di daerah-daerah dan Direktorat Purbakala serta Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional di Jakarta. Di samping itu, terdapat beberapa perguruan tinggi yang membuka jurusan arkeologi untuk mendidik tenaga sarjana di bidang arkeologi. Perguruan-perguruan tinggi tersebut adalah Universitas Indonesia (Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya), Universitas Gadjah Mada (Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya), Universitas Hasanuddin (Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra), dan Universitas Udayana (Jurusan Arkeologi, Fakultas Sastra).
Ahli arkeologi Indonesia, yang umumnya merupakan lulusan dari keempat perguruan tinggi tersebut, berhimpun dalam Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. Tokoh-tokoh arkeologi Indonesia yang terkenal antara lain adalah R. Soekmono yang mengepalai pemugaran Candi Borobudur, dan R.P. Soejono, yang merupakan pendiri dan ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia pertama dan mantan kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Disiplin Arkeologi Indonesia masih secara kuat diwarnai dengan pembagian kronologis, yaitu periode Prasejarah, periode Klasik (zaman Hindu-Buddha), periode Islam, serta periode Kolonial. Oleh karena itu, dalam arkeologi Indonesia dikenal spesialisasi menurut periode, yaitu Arkeologi Prasejarah, Arkeologi Klasik, Arkeologi Islam, serta Arkeologi Kolonial. Satu keistimewaan dari arkeologi Indonesia adalah masuknya disiplin Epigrafi, yang menekuni pembacaan prasasti kuna. Pada perkembangan sekarang telah berkembang minat-minat khusus seperti etnoarkeologi, arkeologi bawah air, dan arkeometri. Terdapat pula sub-disiplin yang berkembang karena persinggungan dengan ilmu lain, seperti Arkeologi Lingkungan atau Arkeologi Ekologi, Arkeologi Ekonomi, Arkeologi Seni, Arkeologi Demografi, dan Arkeologi Arsitektur. ( http://id.wikipedia.org/wiki/Arkeologi )

1 komentar:

  1. Izin copas sedikit ya kak:D saya juga disuruh membuat makalah tentang meseum gedong arca kak:D semoga sukses selalu kak!;)

    BalasHapus